Selamat Datang

Assalaamu'alaikum sahabatku..selamat berkunjung ke blog kami...nikmati dan dapatkan inspirasi dari blog kami :)

Rabu, 23 April 2008

DR. Warsito, M.Eng; Cah Ndeso yang Mendunia(2)

Teknologi Dunia dari Pojok Ruko

(Dikutip dari Tempo)


Ia menemukan teknologi tomografi yang membuat alat pemindai tubuh lebih murah dan amat akurat. Akan dipatenkan seperti enam penemuannya yang lain.


Dari sebuah ruko sewaan di Tangerang, terciptalah teknologi berkelas dunia. Dr. Warsito, 39 tahun, sang penemu, berhasil menjungkirkan keyakinan bahwa teknologi canggih hanya bisa diciptakan di pusat riset maju. Temuan made in ruko itu telah membuat Warsito muncul di hampir semua jurnal ilmiah di dunia sepanjang Maret lalu.


Teknologi yang ditemukan pemegang enam dokumen paten ini adalah teknologi tomografi medan listrik tiga dimensi atau electrical capacitance volume tomography (ECVT). Inilah penolong para pasien miskin bila mereka harus mengecek kesehatan dengan pemindai tubuh.


Dengan ECVT, proses pemindaian tubuh bakal lebih murah dibanding CT Scan dan MRI. Caranya juga simpel. Tak perlu masuk tabung seperti pada MRI. Pasien cukup dilewatkan di pintu detektor. Akurasinya, jangan tanya. Sementara MRI menghasilkan gambar dua dimensi, citra tomografi ini tiga dimensi.


Soal resolusi gambar, sebentar lagi ketajaman MRI bakal tertinggal jauh. Warsito sedang menggodok patennya yang ketujuh, ECVT resolusi tinggi. Ia akan mengajukannya ke kantor paten dan merek dagang Amerika Serikat pada Januari mendatang.


Tak hanya pasien dan dokter yang akan terbantu dengan teknologi ini. Alat ini hadir untuk segala yang perlu dipindai, dari gas di dalam tabung, reaktor nuklir, hingga perut gunung api.


Alkisah, penemu CT Scan, A.M. Cormack dan G.N. Hounsfield, diganjar Nobel Bidang Fisiologi dan Kedokteran 1979. Pada 2003, Nobel bidang ini diberikan kepada penemu MRI, Paul C. Lauterbur dan Peter Mansfield. Warsitokah penerima Nobel berikutnya? Dia tersenyum kecil. Ucapnya, "Itu mimpi."


Bukan tanpa alasan jika Warsito memilih menyiapkan ECVT di rukonya. "Saya minta hak eksklusif untuk bisa mengembangkannya tanpa terikat dengan Universitas Ohio," katanya. Ia memang pernah intensif menggunakan laboratorium Ohio State University, AS, saat bekerja sebagai peneliti di sana sejak 1999.


Pilihan ruko ini penuh risiko. Suatu kali petir menghanguskan satu komputernya. Lalu, laptop dan sebuah komputer lainnya jebol karena tak tahan menjalankan simulasi tomografi. Seluruh dokumentasi risetnya lenyap. "Satu minggu saya shock, tidak keluar kamar," ujarnya.


Ketidaktergantungan pada kampusnya membuat anak petani dari Solo ini dengan enteng menampik tawaran untuk memperpanjang kontrak pada Juli lalu. Ia bahkan bisa pulang membawa paten tomografinya. Kini ia sedang menyiapkan pusat riset dan tempat produksi tomograf tiga dimensinya di Tangerang, bekerja sama dengan investor dalam negeri.


Sumber : Tempo (Edisi. 44/XXXV/25 - 31 Desember 2006)

1 komentar:

  1. Ini profil anak bangsa yang benar-benar sangat layak mendapatkan penghargaan yang setinggi-tingginya..

    BalasHapus